Mendengar kata jurnal mungkin sudah tak asing lagi terdengar ditelinga kita. Penggunaan kata jurnal banyak kita temui di beberapa bidang seperti dimedia ada jurnal olahraga, dibidang akademis ada jurnal ilmiah atau nama surat kabar dari luar negeri Wall Street Journal dan lain-lain. Namun dikalangan para ekonom atau pebisnis istilah jurnal mengerucut pada suatu bidang yaitu Akuntansi. Ya, jika kita menggeluti dunia akuntansi, setiap saat kita akan bertemu dengan istilah jurnal seperti buku besar, jurnal penyesuaian, jurnal pembalik dan lain-lain.

Jika mendengar kata jurnal, kita akan mengasosiakan kata tersebut dengan kata-kata lain yang juga terkait dalam bidang akuntansi, salah satunya adalah debet dan kredit. Kata jurnal memang tidak bisa lepas dari kata debet dan kredit, karena inti dari jurnal dalam akuntansi adalah pencatatan debet dan kredit transaksi keuangan.

Logika Akuntansi

Dalam akuntansi pencatatan pendapatan, dan pengeluaran uang yang dilakukan harus mengikuti logika jurnal akuntansi. Ada dua logika dasar yang perlu dipahami oleh para akuntan dalam melakukan pencatatan akuntansi. Artikel ini akan membahas kedua logika dasar tersebut secara sederhana namun mudah dipahami.

 

Logika Jurnal Akuntansi 1 , Asset = Liabilities + Ekuitas

Logika jurnal akuntansi yang pertama adalah persamaan aset dan liabilities yang dituliskan dengan rumus berikut:

A = L + E

A = U + M + P – B

A + B = U + M + P

Keterangan :

A = Asset Perusahaan

U = Utang Perusahaan

B = Biaya Usaha

L = Kewajiban Perusahaan

M = Modal Usaha

E = Ekuitas Perusahaan

P = Pendapatan Usaha

Rumus diatas terlihat mudah, namun pada prakteknya tidak begitu mudah. Akuntansi adalah bidang pekerjaan yang bisa dibilang susah-susah gampang. Hal ini dikarenakan prakteknya memang tidak semudah rumusnya. Kembali ke logika pertama dari jurnal akuntansi. Dari rumus di atas kita dapat melihat bahwa logika akuntansi adalah menyeimbangkan nilai asset dengan kewajiban dan ekuitas perusahaan. Namun perlu diingat, akuntansi bukanlah cara berhitung, tapi bagaimana kita menjelaskan sebab akibat dari suatu transaksi. Oleh karena itu menyeimbangkan nilai aset perusahaan dengan liabilities dan ekuitasnya harus dilakukan secara tepat dan benar, seperti contoh perusahaan membeli mobil dengan cara kredit (hutang), logika terjemahan transaksi tersebut adalah “Kekayaan perusahaan bertambah dengan adanya mobil baru, akibatnya adalah hutang perusahaan juga bertambah karena pembeliannya secara hutang”.

Dari contoh, tersebut sebaiknya kita gambarkan secara ringkas, klasifikasi apa saja yang terdapat dalam akuntansi ?

Aset adalah kekayaan atau harta atau potensi harta, harta yang secara legal dan fakta sebagai harga kita yang masih ada di pihak lain. Dalam akuntansi, asset secara umum dapat dicontohkan sebagai berikut (Uang tunai, dan atau uang dalam bentuk seperti Deposito, Rekening Bank ), Piutang dagang : kekayaan yang masih berada di pihak lain dan menjadi tugas kita untuk merealisasikan hal tersebut menjadi asset yang likuid. Investasi : kekayaan bentuk investasi. Aset tetap : kekayaan berupa kepemilikan kekayaan “Barang” yang memberikan manfaat secara langsung, maupun tidak langsung terhadapa aktivitas operasional. Uang Muka : kekayaan kita yang kita “titipkan” kepada pihak lain, dimana suatu saat kekayaan tersebut akan kembali ke kita atau kita kompensasikan terhadap kewajiban kita.

Kewajiban adalah hutang yang harus dipenuhi “kewajiban” nya pemenuhan kewajiban dengan mengorbankan asset. Kewajiban pada umumnya terdiri dari hutang usaha (Transaksi atas pemenuhan aktivitas operasional dengan menggunakan hutang), Hutang bank, Hutang pihak 3 dan lainnya.

Dalam persamaan dasar akuntansi dikenal dengan “Asset = Kewajiban” , jika menurut saya persamaan yang dapat lebih dijelaskan adalah “Asset = Kewajiban + (pendapatan-biaya)” persamaan ini lebih menjelaskan hubungan antara aktivitas keuangan (Laporan Neraca = Asset dan kewajiban) dan aktivitas operasional (Laporan Pendapatan = Pendapatan – Biaya ).

Logika Jurnal Akuntansi II :

Debet = Kredit

Dalam Akuntansi, dikenal dengan pencatatan berpasangan, menjelaskan sebab akibat, sehingga setiap ada “Sebab” pasti ada “Akibat”, setiap ada “Debet” harus ada “Kredit” ibarat dialektika Hegel, Debet kredit dan akuntansi adalah seperti tesis, antitesis dan sintesis. Ketiga istilah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sederhananya, debet dan kredit jika disandingkan bersama akan menghasilkan akuntansi. Sebagian besar orang awam atau orang yang baru mempelajari akuntansi akan mengalami kebingungan persoalan memahami Debet dan Kredit suatu akun. Mereka akan menganggap bahwa semua hal yang bertambah maka akan di debet dan semua yang berkurang itu akan di kredit, inilah yang biasa juga dikenal dengan istilah dasar Akuntansi Debet Kredit. Ternyata tidak semua akun atau perkiraan itu menganut prinsip jika bertambah akan di debet dan jika berkurang akan di kredit. Contoh kecilnya adalah Akun Penjualan.

Kelompok Akun Jika Jika

Harta Bertambah = Debet, Berkurang = Kredit

Utang Bertambah = Kredit, Berkurang = Debet

Modal Bertambah = Kredit, Berkurang = Debet

Penjualan Bertambah = Kredit, Berkurang = Debet

Biaya Bertambah = Debet, Berkurang = Kredit

Kelompok akun adalah sebuah kumpulan akun-akun yang memiliki sifat yang sama, maka dari kelompok akun diatas dapat kita pahami dengan mudah. Contohnya cara membaca kelompok akun tersebut contoh pada harta “Ketika harta bertambah maka akan didebet dan jika harta berkurang maka akan di kredit” begitu pun selanjutnya.

https://fac-institute.com/